Infertilitas pria menyumbang sekitar 30-50% dari semua kasus infertilitas pasangan, dan sebagian besar kasus ini berkaitan langsung dengan gangguan pada kualitas, kuantitas, atau fungsi sperma [1.3, 1.4]. Analisis semen menjadi alat diagnostik utama untuk mengidentifikasi kelainan ini, yang dapat dikelompokkan menjadi masalah jumlah, pergerakan, bentuk, atau integritas genetik.
1. Kelainan Utama pada Parameter Sperma Dasar
Kelainan ini didiagnosis melalui pemeriksaan Analisis Semen dan sering kali disajikan dalam kombinasi:
Istilah Klinis | Definisi | Implikasi |
Oligozoospermia | Jumlah sperma per mililiter ejakulat rendah (di bawah batas normal, yaitu < 15 juta/mL) [1.4, 3.2]. | Kesulitan bagi sperma mencapai sel telur di saluran tuba falopi secara alami. |
Asthenozoospermia | Motilitas (pergerakan) sperma yang buruk atau rendah [1.3]. | Sperma tidak mampu bergerak maju dengan cukup baik untuk melakukan perjalanan ke sel telur. |
Teratozoospermia | Morfologi (bentuk) sperma yang abnormal atau rendah (jumlah sperma berbentuk normal sangat sedikit) [1.3]. | Bentuk yang abnormal dapat mengganggu kemampuan sperma untuk menembus lapisan pelindung sel telur. |
Oligoasthenoteratozoospermia (OAT) | Kombinasi dari ketiga kelainan di atas (jumlah rendah, pergerakan buruk, dan bentuk abnormal). OAT berat adalah penyebab infertilitas pria yang paling umum [1.3, 3.4]. | Mengurangi peluang pembuahan alami secara signifikan; memerlukan Teknologi Reproduksi Berbantu (ART) seperti ICSI [3.1]. |
Penanganan OAT
Untuk kasus OAT berat, penggunaan Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) bersamaan dengan In Vitro Fertilization (IVF) adalah pendekatan yang paling efektif. ICSI memungkinkan sperma tunggal yang dipilih untuk disuntikkan langsung ke dalam sel telur, mengatasi hambatan jumlah, pergerakan, dan bentuk [3.1, 3.2, 3.5].
2. Azoospermia (Ketiadaan Sperma)
Azoospermia adalah kondisi medis di mana tidak ditemukan sperma sama sekali dalam air mani (ejakulat) setelah dua kali pemeriksaan analisis semen [1.3, 2.2]. Kondisi ini dibagi menjadi dua jenis utama, dengan pendekatan penanganan yang sangat berbeda:
A. Azoospermia Obstruktif (OA)
- Penyebab: Sperma diproduksi secara normal di testis, tetapi terdapat sumbatan pada saluran reproduksi (misalnya vas deferens atau epididimis) yang menghalangi sperma mencapai air mani saat ejakulasi [2.4].
- Contoh: Sumbatan pasca-infeksi, trauma, atau riwayat vasektomi.
- Penanganan: Seringkali dapat diatasi dengan pembedahan mikro untuk memperbaiki atau menyambung kembali saluran yang tersumbat (vasovasostomi atau vasoepididimostomi), atau pengambilan sperma melalui PESA/TESA/TESE diikuti ICSI [2.4].
B. Azoospermia Non-Obstruktif (NOA)
- Penyebab: Testis tidak mampu memproduksi sperma secara memadai (gangguan spermatogenesis) [2.4].
- Implikasi: Ini adalah bentuk infertilitas pria yang paling parah, sering dikaitkan dengan kelainan genetik atau kromosom, atau kegagalan testis yang tidak dapat dijelaskan (idiopatik) [1.5].
- Penanganan: Pilihan terbaik adalah Micro-TESE (Microdissection Testicular Sperm Extraction). Prosedur mikroskopis ini memungkinkan ahli bedah mencari dan mengambil tubulus testis yang masih menghasilkan sperma dalam jumlah sangat terbatas. Sperma yang ditemukan kemudian digunakan untuk ICSI, memberikan harapan baru bagi pasangan dengan NOA [2.1, 2.5].
3. Fragmentasi DNA Sperma (SDF)
Meskipun hasil analisis semen (jumlah, gerak, bentuk) terlihat normal, sperma mungkin memiliki kerusakan pada materi genetik (DNA) yang diukur dengan Indeks Fragmentasi DNA (DFI) [4.1].
Dampak pada Kesuburan
- Kegagalan IVF: Tingkat fragmentasi DNA yang tinggi dapat mengganggu perkembangan embrio normal, menurunkan angka pembuahan, dan mengurangi keberhasilan implantasi embrio [4.1, 4.5].
- Keguguran Berulang: SDF tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran berulang pada pasangan, bahkan setelah pembuahan berhasil [4.1, 4.2].
- Penyebab: Penyebab utama SDF adalah stres oksidatif (ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan), varikokel (vena bengkak di skrotum), infeksi, dan faktor gaya hidup (merokok, penuaan) [4.2, 4.4].
Pemeriksaan SDF direkomendasikan untuk kasus infertilitas yang tidak dapat dijelaskan atau riwayat keguguran berulang. Penanganannya melibatkan pemberian terapi antioksidan, koreksi gaya hidup, atau pembedahan varikokel. Pada Teknologi Reproduksi Berbantu, seleksi sperma dengan DNA yang tidak terfragmentasi juga dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil.
Sumber dan Sitasi Ilmiah
[1.3] Mitra Keluarga. Kenali Penyebab Infertilitas pada Pria dan Penanganannya!
[1.4] Ciputra Hospital. Apa Itu Infertilitas pada Pria? Penyebab, Gejala, Pengobatan.
[1.5] IAUI. Infertilitas Pria (PDF).
[2.1] Alpha Fertility Centre. MicroTESE: Revolusi dalam Pengambilan Sperma.
[2.2] Bocah Indonesia. Azoospermia, Apa Bisa Punya Anak?
[2.4] Bumame. Azoospermia: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya.
[2.5] Menuju Dua Garis. Micro-TESE Sebagai Harapan Baru.
[3.1] Dr. Oracle. Can Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) with In Vitro Fertilization (IVF) be done with severe Oligoasthenoteratozoospermia (OAT).
[3.2] Pacific Reproductive Center. Oligoasthenoteratozoospermia (OAT) Testing in California.
[3.4] Halodoc. Oligoasthenoteratozoospermia: Penyebab dan Cara Mengatasi.
[3.5] TÜBİTAK Academic Journals. ICSI outcome in severely oligoasthenozoospermic patients.
[4.1] CITO. Fragmentasi DNA Spermatozoa, Pemeriksaan Untuk Ketahui Kualitas Sperma.
[4.2] Apollo Hospitals. Fragmentasi DNA Sperma – Tujuan, Hasil, Kisaran Normal, dan lainnya.
[4.3] SamMarie Healthcare Group. Fragmentasi DNA Sperma.
[4.4] Morula IVF. DNA Fragment Index, Indikator Kualitas DNA dalam Analisis Genetik.
[4.5] Universitas Kristen Indonesia. Pengaruh Fragmentasi DNA Sperma.
